Senin, 15 Desember 2008

Para Pemaksa Kehendak

Kaffah.Totalitas tak bisa ditawar.Tiada kata setengah-setengah.Taak ada kompromi.Maju atau tidak sama sekali.Yang tak setuju dilibas saja.Orang-orang muncul dari kegelapan bak malaikat penyelamat.Mereka berkoar,berteriak penu semangat dan disertai heroisme yang menyala-nyala.Mereka kobarkan perang,deklarasikan permusuhan.Juga menghujat,mencela,memaki,meski kadang-kadang dengan cara yang lebih halus.Orang lain mereka anggap seteru,kaum kafir yang halal darahnya.

Beberapa waktu yang lalu,kami berdiskusi dengan orang-orang semacam itu.Mereka adalah enam orang dari sebuah kelompok studi yang merupakan underbouw sebuah parpol Islam.Kami bukan diskusi,bersitegang lebih tepatnya.Bukan itu yang kami mau sebenarnya.Tapi apalah daya.Kami pikir mereka hanya hendak bertukar pendapat,saling bertanya,dengan saling menghargai sudut pandang berpikir satu sama lain.Tetapi,apa yang terjadi?Sunguh,orang-orang yang ternyata sangat menyebalkan.Grhh...!! Dicecarnya kami ,dipojokkanlah kami.Lalu,mereka berondongkan pernyataan bak vonis yang menentukan di kapling akhirat mana kami kan titempatkan nanti setelah mati.Surgakah?Nerakakah?Silakan tebak sendiri,kawan.Padahal,setahuku hanya Sang Pencipta yang berwenang dan punya hak penuh,absolut,akan hal-hal semacam itu.

Mereka lalu mendoktrin kami.Seolah otak kami terlampau kotor,terlalu tebal jelaga yang menyelimuti,serta begit kuat para setan,demit,atau semacam makhluk halus lain merasuk.Karena itu,otak kami harus dicuci,lalu diinstall ulang.Beberapa teman yang barangkali sudah "tak tahan"atau "panas" telinganya memilih keluar dari ruangan.Mengobrol di halaman kedai buku,dibawah pohon palem yang tinggi menjulang.Kedai buku?Ya,tempat kami beradu argumen adalah sebuah ruangan di kedai buku "Sinau",tempat dimana kita bisa ngopi,membaca,menulis,menggambar,bercanda,atau sekedar bertukar pikiran disana.Tinggal pilih,apa yang hendak anda lakukan di tempat ini.Aku dan beberapa teman memilih bertahan.Mendengarkan dengan setia apa yang mereka "jejal" kan.Hm,sekalian belajar menebalkan telinga,begitu pikirku.

Waktu terus merambat...dan kami pun mulai dilanda kejenuhan.Ditambah lagi kantuk mulai menyerang.Jam sudah menunjukkan pukul satu lebih.Padahal,acara tersebut dimilai sekitar pukul delapan malam.Berarti sudah berganti hari.Kami terkntuk-kantuk sementara mereka-terutama si jenggot panjang-masih terus berkhotbah.Melontar ayat,menukil hadist,dan menyitir pendapat para tokoh.Hup!Tak tahan,seorang teman memotong perkataan salah satu diantara keenam orang itu.Dengan beberapa alasan,teman saya meyampaikan usul agar acara segera diakhiri dan disambung di lai hari.Semua bangkit.Saling bersalaman.Mereka mohon diri.Sebentar kemudian "para pemaksa kehendak" itu meluncur dengan sepeda motor mereka.
Beberapa teman yang tadinya duduk-duduk di halaman kedai kembali masuk ke dalam ruangan kedai.Ada umpatan yang meloncat,ada gerutuan,ada yang menghembus nafas lega,sebagianm lagi diam dalam kedongkolan.Ah,dasar para pemaksa kehendak berlagak pengkavling surga,ujar seorang teman.Aku beranjak ke belakang,buang air kecil yang sudah lama kutahan.

Tidak ada komentar: