Senin, 15 Desember 2008

Catatan di Minggu Pagi

Mentari merona di ufuk timur laut.Aku duduk di kedai buku bersama Ata.Jam enam kurang sedikit.Pagi nan dingin riuh oleh kicau burung menyambut hari.Jalanan masih sepi.Hanya satu dua kendaraan melintas di depan kedai.Sepasang kekasih berkejaran riang di atas trotoar.Tiga orang ibu berjalan santai sambil mengobrol,kemudian tampak terbahak.Barangkali sesuatu yang lucu sedang mereka bicarakan.
Di kota ini,aku masih bisa menikmati pagi yang indah.Kicau burung masih sudi menghibur,dan dingin yang menyergap masih menyertakan hawa segar nan menyehatkan.Disini tak ada asap pabrik yang tak peduli sekitar.Ini bukan Jakarta,tempat dimana aku tinggal beberapa tahun yang lalu.Kota jahanam dimana pagi selalu pilu dalam tikaman keangkuhan.Terkapar tanpa daya,sebab polusi meruak tak peduli siang,malam,sore,maupun pagi.

Sepuluh menit berlalu.
Aku berjalan ke meja,menenggak air putih dari teko plastik.Dua teguk sudah cukup.Lalu aku kembali duduk di bangku kedai.Mataku mengembara keluar.Truk sampah melintas.Baknya berwarna kuning,mengingatkanku pada kendaraan-kendaraan milik DPU,tempat dimana ayahku bekerja dulu.Tatkala ia belum pensiun.Lalu ada Honda Supra X,Yamaha Mio berwarna merah,dan Shogun melintas pula.Angkot ADL(Arjosari,Dinoyo,Landungsari)juga merayap pelan mencari penumpang,warnanya biru.Ah,semua made in Japan.Entah mengapa,ada kegeraman yang menyeruak pelan di dalam hati.Apa sih yang bisa Indonesia buat?Hati ini tiba-tiba berontak.Ya,mengapa tidak ada sepeda motor buatan dalam negeri?Mengapa semua jenis kendaraan selalu buatan negeri matahari terbit?Segumpal pertanyaan mengemuka.

Sebuah kebetulan,tak disengaja,Kala menikmati pagi dimana mentari mulai beranjak naik,terbersit kata-kata "negeri matahari terbit" tadi.Lagi-lagi Jepang.Negara yang dulu pernah menjajah negeri ini dengan begitu pongah dan penuh angkara.Benarkah mereka tak lagi menjajah kita sekarang?Aku tak setuju.Coba kita lihat,kawan.Dimana-mana ada barang buatan mereka.Dari peralatan elektronik,peralatan rumah tangga,sampai kendaraan bermotor dan alat-alat berat.Bukankah ini sebuah bentuk penjajahan baru yang lazim disebut neo-kolonialisme?Penjajahan terselubung yang memang halus.Mereka tak lagi merampas paksa barang-barang kita,sumber daya alam,atau hasil panen para petani seperti dulu,tetapi mereka mengambil gaji bulanan para pegawai negeri atau swasta yng tiap bulan disetorkan nuntuk membayar sepeda motor atau mobil kreditan.Lalu,uang yang tak terhitung lagi jumlahnya itu "diangkut ke Jepang" untuk menambah kekayaan perusahaan dan para pekerjanya disana.Artinya,kita miskin selalu mengidupi yang kaya.Tak sadar bahwa sebenarnya kita diperas terus-menerus dengan dalih pemenuhan kebutuhan akan mobilitas dan teknologi yang tinggi.Kalau dulu mereka menjajah secara gamblang dan telanjang,sekarang dengan cara yang lebih rapi dan sistematis.

Maaf,ini sekedar catatan ringan.

1 komentar:

Anonim mengatakan...

betul apa yang anda katakan.agree bro!!




by:
kalahari